Secara
fisik antara laki-laki dan perempuan adalah beda. Wanita misalnya, mempunyai
alat-alat reproduksi (melahirkan) seangkan laki-laki tidak. Dari segi kekuatan tubuh, kata orang juga berbea.
Laki-laki cenderung lebih kuat disbanding perempuan. Dari segi kejiwaannya (psikologis),
konon juga berbeda. Laki-laki cenderung rasional dan tegas, sedangkan perempuan
lebih menggunakan perasaan (emosional) dan lemah lembut. Demikian beberapa
gambaran sekilas tentang perbedaan laki-laki dan perempuan.
Dari
beberapa perbedaan tersebut, masyarakat juga mempunyai anggapan tertentu
tentang peran-peran yang baik untuk laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh,
karena fisik laki-laki lebih kuat, peran utama laki-laki adalah mencari nafkah
di luar rumah, sedangkan peran perempuan (karena secara fisik lebih lemah)
adalah dalam rumah tangga. Contoh lain, tugas laki-laki adalah dalam pekerjaan –
pekerjaan yang keras dan banyak mengeluarkan tenaga, seangkan tugas perempuan
adalah pekerjaan-pekerjaan yang lembut dan sedikit menguras tenaga.
Anggapan
tentang peran-peran yang baik bagi laki-laki dan perempuan tidak hanya berhenti
sampai disitu saja. Karena perempuan dianggap sebagai makhluk lemah lembut,
misalnya sejak bayi ia suah diarahkan kepada hal-hal yang dianggap baik dalam
perannya. Begitu juga karena anggapan peran wanita hanya dalam rumah tangga,
wanita itu juga tidak perlu sekolah
tinggi-tingi. dalam tradisi sebagian masyarakat jawa, contohnya popular suwargo nurut neraka katut. Arti secara
bebasnya kira kira perempuan (istri) sangat tergantung kepada laki-laki (suami)
sehingga ke surga atau ke neraka nantinya hanya membonceng laki-laki (suami).
Anggapan
dari masyarakat mengenai peran-peran yang baik bagi laki-laki atau perempuan
dikenal sebagai gender. Pengertian gender sebagaimana gambaran atas belum ada
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun demikian, kata gender dalam
perbincangan I masyarakat sudah lazim. Kata “jender” (dengan huruf J’ di depan)
menurut Kantor Mentri Negara Urusan Pemberdaya Perempuan diartikan sebagai interpretasi mental dan budaya terhadap
perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan.
Gender
dalam hal ini bukan kodrat dari Tuhan, tetapi bentukan dan sosialisasi dari
masyarakat. Dengan istilah yang lebih sederhana, gender adalah hasil rekayasa social
(social construction) dan berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin
merupakan kodrat dari Tuhan secara biologis yang tidak dapat dipertukarkan.
Pandangan islam tentang
laki-laki dan perempuan sebagai gender :
1. Bagi laki-laki dan perempuan ada bagian dari yang mereka usahakan : Q.S. An-Nisa’ (4):32 Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagaian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki adalah bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengtahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa’ (4):32).
Isi Kandungan Q.S. An-Nisa’ (4) :32
Islam merupakan agama yang sejalan
dengan rasio. Islam mengatur umatnya dengan ketentuan-ketentuan yang rasional
pula. Diantarra hal yang mencerminkannya adalah adanya berbagai
ketentuan-ketentuan aturan yang memerhatikan atau berdasarkan kodrat. Pengertian
kodrat adalah penciptaan manusia laki-laki dan perempuan sebagai jenis
kelaminnya. Tiap-tiap jenis kelamin memiliki kodratnya.
Dapat dipastikan bahwa perbedaan
yang ada tentu mengakibatkan adanya fungsi utama yang harus mereka emban
masing-masing. Dapat dipastikan pula perbedaan masing-masing itu tiak
bersangkut paut dengan tingkat kecerdasan atau kemampuan berpikir masing-masing
jenis kelamin. Oleh karena itu, baik itu
laki-laki maupun perempuan dalam pengertian gender dihadapan Allah adalah
setara.
1. 2. Siapa saja berbuat kebajikan akan
mendapatkan kehidupan lebih baik : Q.S. An-Nahl (16): 97
Artinya
:”barang siapa mengerjakan kebajikan,
baiik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Q.S. An-Nahl (16):97
Isi Kandungan Q.S. An-Nahl (16):97
Islam memiliki semangat yang
revolusioner terhadap kesetaraan gender. Alam A-Qur’an juga ada gambaran
tentang beberapa sosok ideal perempuan muslimah (syakhsiyyah al-Mar’ah). Antara
lain, memiliki kemandirian politik sebagaimana sosok Ratu Balqis yang mempunyai
kerajaan superpower ((‘arsyun ‘azim). Juga memiliki kemandirian ekonomi seperti
pemandangan yang disaksikan Musa di Mayan : wanita-wanita pengelolaan
peternakan. Atau kemandirian dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi yang
iyakini kebenarannya (sekalipun harus berhadapan dengan suami) seperti istri
Fir’aun (Q.S. At-Tahrim (66):11).
“Barang
siapa mengerjakan kebajikan…..”, demikian terjemahan awal surah An-Nahl
(16):97, menunjukan bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang-orang yang beriman
dan beramal soleh baik ia laki-laki maupun perempuan. Semua yang mengerjakan
kebajikan dalam keadaan beriman (baik itu laki-laki maupun perempuan) kelak
pasti ia akan mendapat pahala/balasan yang sama. Balasan/pahala tersebut malah
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.