Minggu, 22 Maret 2015

KESETARAAN GENDER



Secara fisik antara laki-laki dan perempuan adalah beda. Wanita misalnya, mempunyai alat-alat reproduksi (melahirkan) seangkan laki-laki tidak. Dari segi kekuatan tubuh, kata orang juga berbea. Laki-laki cenderung lebih kuat disbanding perempuan.  Dari segi kejiwaannya (psikologis), konon juga berbeda. Laki-laki cenderung rasional dan tegas, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan (emosional) dan lemah lembut. Demikian beberapa gambaran sekilas tentang perbedaan laki-laki dan perempuan.
Dari beberapa perbedaan tersebut, masyarakat juga mempunyai anggapan tertentu tentang peran-peran yang baik untuk laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, karena fisik laki-laki lebih kuat, peran utama laki-laki adalah mencari nafkah di luar rumah, sedangkan peran perempuan (karena secara fisik lebih lemah) adalah dalam rumah tangga. Contoh lain, tugas laki-laki adalah dalam pekerjaan – pekerjaan yang keras dan banyak mengeluarkan tenaga, seangkan tugas perempuan adalah pekerjaan-pekerjaan yang lembut dan sedikit menguras tenaga.
Anggapan tentang peran-peran yang baik bagi laki-laki dan perempuan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Karena perempuan dianggap sebagai makhluk lemah lembut, misalnya sejak bayi ia suah diarahkan kepada hal-hal yang dianggap baik dalam perannya. Begitu juga karena anggapan peran wanita hanya dalam rumah tangga, wanita itu juga tidak perlu sekolah tinggi-tingi. dalam tradisi sebagian masyarakat jawa, contohnya popular suwargo nurut neraka katut. Arti secara bebasnya kira kira perempuan (istri) sangat tergantung kepada laki-laki (suami) sehingga ke surga atau ke neraka nantinya hanya membonceng laki-laki (suami).
Anggapan dari masyarakat mengenai peran-peran yang baik bagi laki-laki atau perempuan dikenal sebagai gender. Pengertian gender sebagaimana gambaran atas belum ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun demikian, kata gender dalam perbincangan I masyarakat sudah lazim. Kata “jender” (dengan huruf J’ di depan) menurut Kantor Mentri Negara Urusan Pemberdaya Perempuan diartikan sebagai interpretasi mental dan budaya terhadap perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan.
Gender dalam hal ini bukan kodrat dari Tuhan, tetapi bentukan dan sosialisasi dari masyarakat. Dengan istilah yang lebih sederhana, gender adalah hasil rekayasa social (social construction)  dan berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan kodrat dari Tuhan secara biologis yang tidak dapat dipertukarkan.
Pandangan islam tentang laki-laki dan perempuan sebagai gender :

1. Bagi laki-laki dan perempuan ada bagian dari yang mereka usahakan : Q.S. An-Nisa’ (4):32  Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagaian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki adalah bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengtahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa’ (4):32). 
 


Isi Kandungan Q.S. An-Nisa’ (4) :32
            Islam merupakan agama yang sejalan dengan rasio. Islam mengatur umatnya dengan ketentuan-ketentuan yang rasional pula. Diantarra hal yang mencerminkannya adalah adanya berbagai ketentuan-ketentuan aturan yang memerhatikan atau berdasarkan kodrat. Pengertian kodrat adalah penciptaan manusia laki-laki dan perempuan sebagai jenis kelaminnya. Tiap-tiap jenis kelamin memiliki kodratnya.
            Dapat dipastikan bahwa perbedaan yang ada tentu mengakibatkan adanya fungsi utama yang harus mereka emban masing-masing. Dapat dipastikan pula perbedaan masing-masing itu tiak bersangkut paut dengan tingkat kecerdasan atau kemampuan berpikir masing-masing jenis kelamin. Oleh karena itu, baik itu laki-laki maupun perempuan dalam pengertian gender dihadapan Allah adalah setara.

1.    2. Siapa saja berbuat kebajikan akan mendapatkan kehidupan lebih baik : Q.S. An-Nahl (16): 97
Artinya :”barang siapa mengerjakan kebajikan, baiik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Q.S. An-Nahl (16):97

Isi Kandungan Q.S. An-Nahl (16):97
            Islam memiliki semangat yang revolusioner terhadap kesetaraan gender. Alam A-Qur’an juga ada gambaran tentang beberapa sosok ideal perempuan muslimah (syakhsiyyah al-Mar’ah). Antara lain, memiliki kemandirian politik sebagaimana sosok Ratu Balqis yang mempunyai kerajaan superpower ((‘arsyun ‘azim). Juga memiliki kemandirian ekonomi seperti pemandangan yang disaksikan Musa di Mayan : wanita-wanita pengelolaan peternakan. Atau kemandirian dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi yang iyakini kebenarannya (sekalipun harus berhadapan dengan suami) seperti istri Fir’aun (Q.S. At-Tahrim (66):11).
            Barang siapa mengerjakan kebajikan…..”, demikian terjemahan awal surah An-Nahl (16):97, menunjukan bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang-orang yang beriman dan beramal soleh baik ia laki-laki maupun perempuan. Semua yang mengerjakan kebajikan dalam keadaan beriman (baik itu laki-laki maupun perempuan) kelak pasti ia akan mendapat pahala/balasan yang sama. Balasan/pahala tersebut malah lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Kamis, 12 Maret 2015

TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT BRUNER

JEROME SEYMOUR BRUNER


a. Biografi Jerome S. Bruner
 Jerome S. Bruner, lahir pada tanggal 1 Oktober 1915 di New York. Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentag psikologi adalah elektik. Penelitiannya yang demikian banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,  belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.

b.  Teori Belajar Kognitif Jerome S. Bruner 
  Menurut teori kognitif  belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas belajar yang kompleks.
  Pada dasarnya, teori belajar kognitif lebih menekankan pada  bagaimana prosesnya daripada hasilnya, ketika diimplikasikan pada belajar, maka yang terjadi adalah, bagaimana proses belajar itu sendiri, dari pada hasil dari belajar. Artinya proses belajar itu bukanlah suatu hal yang sederhana akan tetapi kompleks, bisa meliputi proses, bagaimana seseorang itu memperoleh suatu pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwannya dan respon yang ditimbulkan dari kegiatan belajar.
  Psikologi kognitif ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Jean Piaget, JS Bruner, Ausubel, Gagne. Selanjutnya mengenai pembahasan teori  belajar psikologi kognitif menurut Bruner. Dalam pandangannya Belajar yang terpenting adalah cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara efektif.
  Ada beberapa  pokok pembahasan, yang dipaparkan Bruner dalam teorinya:
  1. Belajar Penemuan (Discovery Learning)
      
    Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
    discovery learning 
    . Bruner menganggap bahwa  belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-  benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip- prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka untuk menemukan prinsip- prinsip itu sendiri. 
    Dalam implikasinya pada proses pembelajaran, Siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu  bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. 
         Siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan kosep- konsep dan prinsip- prinsip.
    2.  Tahap Perkembangan Intelektual dalam Proses Belajar
           Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga tahap intelektual, meliputi Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik  :

    1) Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi- aksi terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya. Anak- anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai  bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana  bahan/alat itu bekerja.
    2) Ikonik, pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi verbal. Anak- anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk- bentuk perbandingan (komparasi) dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.
    3) Simbolik, siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam istilah- istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak- anak belajar melalui simbol- simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambing bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran.

    3. Scaffolding
           Bruner menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu  pembelajar dan memimbingnya untuk melewati ketiga fase tersebut, dengan suatu proses yang disebut Scaffolding. Inilah cara siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding, siswa dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri
                Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah bahwa guru harus memandu para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis  penegtahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan (rote memorization). Informasi- informasi baru dipahami siswa dengan cara mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang dimilikinya. Menurut Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur kognitif, yang kemudian menciptakan makna dan mengizinkan individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan.
    4. Fase-fase dalam Proses Belajar 
               
    Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruk gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pembelajar memilih dan mengolah informasi,membangun hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam struktur kognitifnya. Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan- perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui tahap- tahap yang antara satu dengan lainnya  berkaitan secara berurutan.

     Menurut Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu :
    1) Informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetauan yang sebelumnya.  
    2) Transformasi, dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual. 
    3) Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecakan masalah yang dihadapi.
    5. Kurikulum Spiral
         Tentang kurikulum, konsep Bruner yang terkenal adalah kurikulum  berbentuk spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara menyajikan suatu materi pelajaran dengan mengorganisasikan materi pelajaran pada tingkat makro. Dalam hal ini materi pelajaran mula- mula disajikan secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Hal ini merupakan bentuk  penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan perkembangan struktur kognitif pembelajar. Contoh sederhana penyajian spiral, yaitu jika pada awalnya siswa diajar tentang penambahan, maka pada pembelajaran  berikutnya siswa diajar tentang perkalian, dalam hal ini dijelaskan bahwa  perkalian tidak lain adalah melakukan kegiatan penambahan berulang- ulang.  
    Sumber : http://www.academia.edu/6300066/TEORI_BELAJAR_DISCOVERY_LEARNING 

Senin, 02 Maret 2015

Bangga dengan hasil karya sendiri



Pendidikan itu penting.
setiap anak berhak mendapatkan pendidikan.

"Gapailah Ilmu Setinggi Mungkin"

sebelum menyesal nantinya.....

di tunggu kritik dan sarannya untuk blog aku....
saling berbagi ilmu itu mulia loh.... :)