Kamis, 12 Maret 2015

TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT BRUNER

JEROME SEYMOUR BRUNER


a. Biografi Jerome S. Bruner
 Jerome S. Bruner, lahir pada tanggal 1 Oktober 1915 di New York. Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentag psikologi adalah elektik. Penelitiannya yang demikian banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,  belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.

b.  Teori Belajar Kognitif Jerome S. Bruner 
  Menurut teori kognitif  belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas belajar yang kompleks.
  Pada dasarnya, teori belajar kognitif lebih menekankan pada  bagaimana prosesnya daripada hasilnya, ketika diimplikasikan pada belajar, maka yang terjadi adalah, bagaimana proses belajar itu sendiri, dari pada hasil dari belajar. Artinya proses belajar itu bukanlah suatu hal yang sederhana akan tetapi kompleks, bisa meliputi proses, bagaimana seseorang itu memperoleh suatu pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwannya dan respon yang ditimbulkan dari kegiatan belajar.
  Psikologi kognitif ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Jean Piaget, JS Bruner, Ausubel, Gagne. Selanjutnya mengenai pembahasan teori  belajar psikologi kognitif menurut Bruner. Dalam pandangannya Belajar yang terpenting adalah cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara efektif.
  Ada beberapa  pokok pembahasan, yang dipaparkan Bruner dalam teorinya:
  1. Belajar Penemuan (Discovery Learning)
      
    Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
    discovery learning 
    . Bruner menganggap bahwa  belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-  benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip- prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka untuk menemukan prinsip- prinsip itu sendiri. 
    Dalam implikasinya pada proses pembelajaran, Siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu  bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. 
         Siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan kosep- konsep dan prinsip- prinsip.
    2.  Tahap Perkembangan Intelektual dalam Proses Belajar
           Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga tahap intelektual, meliputi Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik  :

    1) Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi- aksi terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya. Anak- anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai  bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana  bahan/alat itu bekerja.
    2) Ikonik, pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi verbal. Anak- anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk- bentuk perbandingan (komparasi) dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.
    3) Simbolik, siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam istilah- istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak- anak belajar melalui simbol- simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambing bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran.

    3. Scaffolding
           Bruner menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu  pembelajar dan memimbingnya untuk melewati ketiga fase tersebut, dengan suatu proses yang disebut Scaffolding. Inilah cara siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding, siswa dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri
                Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah bahwa guru harus memandu para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis  penegtahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan (rote memorization). Informasi- informasi baru dipahami siswa dengan cara mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang dimilikinya. Menurut Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur kognitif, yang kemudian menciptakan makna dan mengizinkan individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan.
    4. Fase-fase dalam Proses Belajar 
               
    Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruk gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pembelajar memilih dan mengolah informasi,membangun hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam struktur kognitifnya. Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan- perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui tahap- tahap yang antara satu dengan lainnya  berkaitan secara berurutan.

     Menurut Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu :
    1) Informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetauan yang sebelumnya.  
    2) Transformasi, dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual. 
    3) Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecakan masalah yang dihadapi.
    5. Kurikulum Spiral
         Tentang kurikulum, konsep Bruner yang terkenal adalah kurikulum  berbentuk spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara menyajikan suatu materi pelajaran dengan mengorganisasikan materi pelajaran pada tingkat makro. Dalam hal ini materi pelajaran mula- mula disajikan secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Hal ini merupakan bentuk  penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan perkembangan struktur kognitif pembelajar. Contoh sederhana penyajian spiral, yaitu jika pada awalnya siswa diajar tentang penambahan, maka pada pembelajaran  berikutnya siswa diajar tentang perkalian, dalam hal ini dijelaskan bahwa  perkalian tidak lain adalah melakukan kegiatan penambahan berulang- ulang.  
    Sumber : http://www.academia.edu/6300066/TEORI_BELAJAR_DISCOVERY_LEARNING 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar